Sebuah fenomena yang terjadi pada orang pinter pada masa sekarang di negeri kita bahwa mereka tidak mau bekerja apabila tiada kepastian akan dibayar. Begitu ramai orang terpelajar sekarang tetapi semua ide dan gagasan yang dipikir olehnya terpaksa disimpan disebabkan mereka menunggu ada proyek yang akan membayar ide atau gagasan mereka itu. Bisa saja ide dan gagasan mereka itu akan hilang dan lupa, padahal ide gagasan mereka itu kemungkinan akan membawa dampak manfaat yang besar. Namun mereka terpaksa melakukan hal itu karena mereka mencurigai orang akan menukar nama diatas ide dan gagasannya.
Fenomena ini bisa dimaklumi karena pendidikan di negeri ini didapat dengan pengorbanan uang yang besar, dan bahkan sampai ratusan juta rupiah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan gelar. Hal itu menyebabkan mereka pelit untuk membagi kebaikan yang telah ada pada dirinya. Oleh sebab itulah, gara-gara sifat dengki yang ada itu telah menghanguskan segala kebaikan yang ada padanya. Seperti ibarat pahala sebesar gunung Seulawah itu dapat hancur disebabkan oleh setitik hasad dengki penyakit hati.
Ada suatu hal yang apabila orang akan menyumbang sesuatu tanpa dibayar, ialah orang yang peduli dengan urusan orang lain. Orang yang suka mengkritik karena marah, mereka akan mengeluarkan pendapat dengan sukarela, bahkan rela mati untuk melakukan pertentangan. Tiada siapapun yang membayar mereka yang menkritik.
Fenomena orang pinter menuntut dihargai dan digaji merupakan suatu penyakit sosial yang perlu dikurangi bahkan dihilangkan, tetapi semua itu akan bisa terlaksana apabila sistem pengelolaan masyarakat didalam suatu negeri dapat dilakukan dengan baik. Pengelolaan sosial masyarakat itu boleh diibaratkan seperti memelihara tanaman supaya dapat berbuah dengan sendirinya. Begitu juga manusia yang tumbuh disuatu negeri, mereka semua dapat memiliki produktivitas yang baik, tumbuh, bermanfaat bagi semua manusia yang lain, berikut semua makhluk yang ada di atas negeri itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar