Kamis, 08 November 2012

Inspirasi itu Berkaitan Dengan Makanan


Manusia adalah makhluk berpikir dan mengingat segala hal yang dialami. Dalam al-Quran Allah swt berfirman: 

Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri? (An-Nahl : 48)

Semua yang terbayang didalam pikiran manusia itu semua adalah makhluk Allah swt, termasuk didalamnya segala inspirasi atau gagasan, opini dan pendapat yang muncul pada saat-saat tertentu. Semua yang muncul itu tergantung pada kondisi dan komposisi darah kita, yang mengalirkan darah dari dalam ruang jantung ke jaringan sel-sel otak. Maka disanalah semua sinyal-sinyal akan mengalami perubahan. Oleh sebab itu terjadilah keadaan bolak-balik dalam gelombang tertentu dan kemudian oleh proses berpikir manusia itu akan diterjemahkan ke dalam ungkapan dan bahasa. Namun semua yang terjadi didalam diri manusia itu tetap tidak sama dengan apa yang dirasakan. Manusia hanya bisa menterjemahkan ungkapan itu cuma sedikit.

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk  kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis  kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu ". (An-Nahl : 109)

Tentulah Allah swt mengharapkan manusia itu sebagai orang yang penuh kebaikan, dan bermula kebaikan itu dari niat atau inspirasi didalam jiwanya. Semua pekerjaan yang dilakukan oleh manusia itu tentulah memiliki harapan untuk kebaikan untuk dirinya sendiri. Supaya dirinya tetap baik, maka haruslah memasukkan segala sesuatu kedalam dirinya itu yang baik dan berasal dari segala yang baik-baik. Dengan cara demikian akan baiklah seluruh diri manusia, begitu juga didalam jiwa, pikiran dan perbuatannya. Makanan yang baik itulah yang musti diperhatikan, atas dasar takut memakan makanan yang tidak baik. Karena rasa takut akan mencelakakan jiwa manusia itu, maka ditetapkanlah hukum terhadap manusia supaya terlindung dia dari segala macam keburukan dan tidak terjerumus kepada kecelakaan. Semua diatur menurut hukum-hukum tertentu, yang mana membatasi manusia pada pekerjaan yang musti dilakukan, boleh dilakukan, tidak baik dilakukan, tidak boleh sama sekali dilakukan. Semua itu juga diatur sesuai kondisi dan relatif.

Seseorang menilai orang yang lain karena memang sudah tabi'at manusia saling mengenal satu sama lain. Suatu kualitas manusia menilai kualitas manusia yang lain, maka haruslah terlebih dahulu mengenali dirinya sendiri. Kebaikan yang ada pada dirinya sendiri, terhadap kesesuai dengan orang yang lain, pada penilaian suka atau tidak suka. Jadi tidak akan ditemukan kebenaran apabila tidak diketahui standard kualitas manusia sebenarnya, maka terlebih dahulu seseorang harus melakukan pengakuan kepada dirinya sendiri. Apabila seseorang telah beriman kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya dan naik saksi dengan sebenar-benarnya yang tumbuh dari hati nuraninya, maka Allah swt akan menjelaskan semua kekurangannya.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar