Hikmah - 12 Uzlah Merupakan Medan Bertafakur
مَا نَفَعَ الْقَلْبَ شَيْئٌ مِثْلَ عُزْلَةٍ يَدْخُلُ بِهَا مِيدَان فِكْرَةٍ
Artinya :
Tidak ada sesuatu yang bermanfaat bagi hati, sebagaimana uzlah untuk memasuki medan bertafakur
Penjelasan :
Hikmah ini memberi petunjuk kepada orang yang gagal mencari jawaban dengan kekuatan akalnya. Yaitu dengan cara uzlah atau pengasingan diri dari keramaian. Jika dalam keadaan biasa akal tidak mampu memecahkan kebuntuan, maka dalam suasana uzlah ini hati mampu membantu akal untuk bertafakur, merenungi hal hal yang tidak dapat dicerna oleh akal biasa.
Uzlah dilakukan tidak selamanya, namun merupakan cara atau suatu bentuk latihan kerohanian untuk memantapkan rohani supaya akal mampu menerima pancaran nur kalbu. Karena tanpa pancaran nur kalbu, sulit bagi akal untuk memahami hal hal ketuhanan dan tidak akan diperoleh iman dan tauhid yang hakiki.
Dalam tasawuf amalan uzlah dilakukan secara sistematis, latihan tersebut dinamakan suluk. Orang yang menjalani suluk dinamakan salik atau murid. Si salik menjalankan khalwat dibimbing oleh gurunya. Latihan bersuluk untuk memisahkan salik dengan hijab atas godaan kehidupan khalayak ramai disekitarnya. Sehingga jiwanya akan lebih aman dan tentram dalam berhubungan dengan Allah.
Dalam pengkajian ketuhanan, akal hendaklah tunduk dan mengakui atas kelemahanya.
Akal hendaklah sadar bahwa ia tidak mampu memahami perkara perkara gaib. Oleh karena itu akal perlu minta bantuan kepada hati. Hati perlu diasah supaya bercahaya. Dalam proses pengasahan hati tersebut akal tidak perlu banyak berhujjah. Hujjah akal akan memperlambat pengasahan hati.
Karena itulah dianjurkan berkhalwat dalam rangka pengasahan hati. Dalam suasana pengasingan tersebut nafsu menjadi lemah dan akal tidak lagi mengikuti petunjuk nafsu.
Maka disitulah hati dapat memancarkan cahaya yang menyeluruh sampai ke alam gaib.
Apabila alam gaib sudah terang benderang barulah akal dapat memahami hal ketuhana yang tidak dapat dijangkau sebelumnya.
Wallahu 'Alam
Hikmah - 13 Hijab Penghalang
كَيْفَ يَشْرُقُ قَلْبٌ صُوَرُ الاَكْوَانِ مُنْطَبِعَةٌ فِى مِرْآتِهِ أَمْ كَيْفَ يَرْحَلُ اِلى اللهِ وَهُوَ مُكَيَّلٌ بِشَهَوَاتِهِ . أَمْ كَيْفَ يَطْمَعُ أَنْ يَدْخُلَ حَضْرَةَ اللهِ وَهُوَ لَمْ يَتَطَهَّرْ مِنْ جَنَابَةِ غَفَلاَتِهِ . أَمْ كَيْفَ يَرْجُوْا أَنْ يَفْهَمَ دَقَائِقَ الاَسْرَارِ وَهُوَ لَمْ يَتُبْ مِنْ هَفَوَاتِهِ
Artinya :
Bagaimana hati akan dapat disinari sedangkan gambaran alam sekitarnya masih melekat pada cerminya, atau bagaimana mungkin melakukan perjalanan menuju Allah sedangkan dia masih dibelenggu oleh syahwatnya, atau bagaimana akan masuk ke hadirat Allah SWT. sedangkan dia masih belum bersuci dari junub kelalaianya, atau bagaimana mengharap untuk mengerti rahasaia rahasia yang lembut sedangkan dia belum bertaubat dari dosa dosanya .
Penjelasan :
Diri manusia terdiri dari unsur tanah, air, api dan angin.Ia juga diserapi oleh unsur alam seperti tambang, tumbuh tumbuhan, binatang, setan dan malaikat. Tiap tiap unsur menarik hati pada setiap diri. Tarik menarik itulah yang menimbulakn kekacauan di dalam hati. Sehingga menyebabkan hati menjadi keruh .Hati yang keruh tidak dapat menerima pancaran nur iman dan tauhid.
Maka kekacauan hati itulah yang perlu diobati. Hati perlu distabilkan dengan menundukan semua unsur unsur penarik tersebut kepada syariat.Syariat dapat mengikat unsur unsur yang mencoba merusak hati.Maka bagi setiap murid atau salik dalam menjalani kehidupan kerohanianya haruslah berlandaskan syariat sebagai payung dalam perjalananya, agar cermin dalam hatinya terbebas dari gambar gambar alam maya yang menggoda. Bila cermin hati sudah bersih maka hati dapat dengan mudah menghadap Ilahi.
Selain ketertarikan unsur unsur alam , hati juga bisa tunduk pada hawa nafsu syahwat.Semua kehendak yang bertentangan dengan kehendak Allah itulah syahwat.Syahwat membuat manusia tidak rela dengan keputusan Allah s.w.t.Seseorang yang menuju kepada Allah, maka dia harus melepaskan dirinya dari belenggu syahwat dan kehendak egonya. Kemudian masuk pada penyerahan diri secara total kepada Allah s.w.t.
Begitu dahsyatnya ancaman Allah bagi orang orang yang lalai.
Hati yang khusuk bagaikan orang yang menghadap Allah dengan wajahnya, duduk dengan tertib, berbicara dengan sopan, dan khusuk menghadap Sang Maha Agung.
Hati yang lalai bagaikan orang yang menghadap Allah dengan membelakangi Nya, duduk dengan biadab, bertutur kata dengan tidak sopan. Perbuatan itulah yang membuat murka Allah. Hanya hamba yang khusuk yang dapat mengagungkan Tuhanya, smentara hamba yang lalai tidak layak menghadap Tuhanya.
Perkara berikutnya adalah dosa dosa yang belum ditebus dengan taubat. Ia akan menghalangi seseorang untuk memahami rahasia Allah yang Maha Lembut.Taubat itu sendiri adalah rahasia yang tersembunyi. Orang yang tidak memahami rahasia taubat tidak akan mengerti mengapa Rasulullah s.a.w yang tidak pernah melakukan dosa masih juga memohon ampun kepada Allah.
Taubat berarti kembali kepada Allah. Orang yang berbuat dosa berarti mencampakan dirinya jauh dari Allah. Maka dengan taubat, orang akan kembali mendekat kepada Allah s.w.t.
Wallahu 'Alam
Hikmah - 14 Allah yang Mendhahirkan Alam
الْكَوْنُ كُلُّهُ ظُلْمَةٌ وَاِنَّمَا أَنَارَهُ ظُهُوْرُالْحَقِّ فِيْهِ فَمَنْ رَأَى الْكَوْنَ وَلَمْ يَشْهَدْهُ عِنْدَهُ أَوْ فِيْهِ أَوْقَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ فَقَدْ أَعْوَزَهُ وُجُوْدُ الاَنْوَارِ وَحُجِبَتْ عَنْهُ شُمُوْشُ الْمَعَارِفِ بِسُحْبِ الاَثَارِ
Artinya :
Alam semuanya adalah kegelapan dan yang meneranginya adalah karena padanya kelihatan Yang Haq ( tanda tanda Allah ). Barang siapa melihat alam, tetapi dia tidak melihat Allah, baik di dalamnya, di sampingnya, sebelumnya, atau sesudahnya, maka dia benar benar memerlukan adanya cahaya cahaya itu. Dan tertutup baginya cahaya makrifat oleh tebalnya awan benda benda alam.
Penjelasan :
Alam pada hakekatnya adalah gelap, tidak wujud. Wujud Allah s.w.t yang memunculkan wujudnya alam. Tidak ada satu kewujudan yang terpisah dari kewujudan Allah.
Agak sulit memahami konsep ada tetapi tidak ada, tidak bersama tetapi tidak terpisah, ini adalah konsep ketuhanan yang tidak mampu dipecahkan oleh akal tanpa diterangi oleh nur dari lubuk hati.
Mata hati yang diterangi oleh nur Ilahi dapat melihat kaitan antara ada dengan tidak ada, tidak bersama tetapi tidak terpisah. Maka kekuatan mata hati bisa melihat keghaiban yang tidak terpisah dengan kejadian alam ini.
Ada empat tingkatan pandangan mata hati terhadap kaitan alam dengan Allah Sang Maha Pencipta.
Pertama : Mereka yang melihat Allah dan tidak melihat alam ini.
Walaupun mereka berada di tengah hiruk pikuknya makhluk ini, namun mata hati tetap tertumpu kepada Allah, dan tidak terganggu oleh hingar bingarnya makhluk di sekitarnya.
Lintasan makhluk di sekitarnya adalah ibarat cermin yang diterangi cahaya, pandangan mereka tidak melekat pada cermin.
Kedua : Mereka yang melihat makhluk pada level dhahir, dan melihat Allah pada level batin. Mata hati mereka melihat alam sebagai perwijudan sifat sifat Allah. Segala yang ada merupakan tulisan yang menceritakan tentang Allah. Setiap perwujudan dari alam ini membawa makna yang menceritakan tentang Allah s.w.t.
Ketiga : Mereka yang melihat Allah secara dhahirnya sedangkan melihat mkahluk secara tersembunyi. Mata hati mereka lebih dahulu melihat Allah sebagai sumber dari segala sesuatu. Kemudian barulah mereka melihat makhluk yang menerima karunia dari Allah.
Alam tidak lain tidak bukan melainkan perbuatan Nya, gubahan Nya, lukisan Nya, atau hasil kerja tangan Nya.
Keempat : Mereka yang melihat makhluk lebih dahulu barulah melihat Allah. Mereka memasuku jalan dengan hati hati dan waspada, memerlukan waktu untuk menghilangkan keraguan,berdalil dengan akal sehingga membuahkan satu kesimpulan ternyata Allah lah yang wujud menguasai wujudnya makhluk.
Firman Allah dalam surah Al-Hasyr : 24 yang artinya:
Dialah Allah, yang menciptakan seluruh makhluk, yang mengadakan ( dari tidak ada menjadi ada ), yang membentuk rupa ( makhluk makhluknya menurut yag Dia kehendaki ), bagi Nya jugalah nama nama yang baik dan mulia, bertasbih kepadanya apa yang ada di langit dan di bumi dan Dia lah yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.
Maka, cara pandang kepada Allah dan makhluk Nya dapat dikategorikan sebagai berikut;
'Asyikin : Memandang kepada alam ciptaan dan merenunginya, semakin dia merenunginya semakin tampak keelokan dan kesempurnaan Sang Maha Pencipta.
Dia ayik dengan apa yang dipandanginya.
Mutakhalliq : Dia menyaksikan sifat sifat Allah yang dikenal di dalam Asma al husna. Alam adalah isyarat untuk mengetahui nama nama Allah dan sifat sifat kesempurnaan Nya. Setiap apa yang dipandang menceritakan sesuatu tentang Allah s.w.t.
Muwahhid : Fana dalam dzat Nya.Kesadaran dirinya hilang, melalui lisanya terucaplah firman firman Allah yang ditirunkan dalam Al-Quran sebagai petunjuk menuju Allah.
Mutahqqiq : Kembali kepada kesadaran kemanusiaanya, untuk memikul tugas membimbing umat manusia ke jalan Allah s.w.t. Hatinya senantiasa memandang kepada Allah, dan hanya bergantung kepada Nya. Kehidupan ini adalah medan dakwah baginya, segala unsur alam adalah alat untuk memakmurkan bumi.
Wallahu 'Alam
Hikmah - 15 Allah S.W.T. dan Makhluk
مِمَّا يَدُلُّكَ عَلى وُجُوْدِ قَهْرِهِ سُبْحَانَهُ اَنْ حَجَبَكَ عَنْهُ بِمَا لَيْسَ بِمَوجُوْدٍ مَعَهُ
Artinya :
Di antara bukti yang menunjukan keperkassan Allah s.w.t adalah Yang dapat menghijab engkau dari melihat Nya dari hijab yang tidak ada wujud di sisi Nya.
Hikmah - 16 Allah S.W.T dan Makhluk
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ اَن يَحْجُبَهُ شَيْئٌ وهُوَ الَّذِى اَظْهَرَ كُلَّ شَيْئٍ
Artinya :
Bagaimana Dia disangka bahwa dia dapat dihijab sesuatu, padahal Dia lah yang mendhahirkan segala sesuatu.
Hikmah - 17 Allah S.W.T. dan Makhluk
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ اَنْ يَحْجُبَهُ شَيْئٌ وَهُوَ الَّذِى ظَهَرَ بِكُلِّ شَيْئٍ
Artinya :
Bagaimana mungkin Dia dihijab oleh segala sesuatu, padahal Dia yang tampak dhahir pada segala sesuatu.
Hikmah - 18 Allah S.W.T. dan Makhluk
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ اَنْ يَحْجُبَهُ شَيْئٌ وَهُوَ الَّذِى ظَهَرَفِىْ بِكُلِّ شَيْئٍ
Artinya :
Bagaimana mungkin Dia dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang terlihat dalam tiap sesuatu.
Hikmah - 19 Allah S.W.T. dan Makhluk
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ اَنْ يَحْجُبَهُ شَيْئٌ وَهُوَ الَّذِى ظَهَرَ لِكُلِّ شَيْئٍ
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ اَنْ يَحْجُبَهُ شَيْئٌ وَهُوَالظَّاهِرُ قَبْلَ وُجُوْدِ كُلِّ شَيْئٍ
Artinya:
Bagaimana dibayangkan bahwa ada sesuatu yang yang menghijab Nya, sedangkan Dia lah yang terdhahir bagi setiap sesuatu.
Bagaimana dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijab Nya, sedangkan Dia lah yang Maha Dhahir sebelum wujudnya segala sesuatu.
Hikmah - 20 Allah S.W.T dan Makhluk
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ اَنْ يَحْجُبَهُ شَيْئٌ وَهُوَ الَّذِى اظَهَرَ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ
Artinya :
Bagaimana bisa dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijab Nya, sedangkan Dia lah yang terlebih dhahir daripada setiap sesuatu.
Wallahu 'Alam bishshawaab
Terima kasih pencerahannya
BalasHapus