Selasa, 06 November 2012

Keseimbangan itu hakikat keadilan


Semua yang kita amati di alam semesta ini adalah dikendalikan secara seimbang, walaupun pada masanya nanti akan terjadi akhir. Pada hakikatnya itu juga menuju kepada situasi yang seimbang. Seperti air yang turun mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Seperti panas yang lama kelamaan menjadi dingin. Seperti kecepatan yang lama kelamaan menjadi kelambatan. Seperti ledakan yang terjadi dari padat lalu hancur menjadi bagian-bagian yang kecil dan halus.

Apabila sesuatu yang belum berhenti, maka dia memerlukan suatu tempat untuk berhenti. Maka seperti halnya manusia yang tidak bisa berhenti karena kebutuhan yang harus ditutupinya setiap waktu. Dari kebutuhan pokoknya, yaitu makanan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pemenuhan kepuasan dalam kehidupannya. Semua itu sudah barang tentu, harus didukung oleh kemampuannya yaitu kemampuan mencari dan memenuhi kebutuhannya, kemampuan menyimpan dan mempergunakannya. Apapun yang dimiliki dan disimpannya itu akan berguna pada saat tertentu saja, maka apabila kemampuannya menurun pada saat menyimpan, semua kebaikan yang dimiliki itu akan kurang manfaatnya dan akan terjadi kerusakan. Andaikata dia menggunakan sesuatu yang dimilikinya dalam keadaan rusak, itu akan mengakibatkan kerusakan juga pada dirinya sendiri.

Perbuatan itu ada pada niat, perkataan dan pekerjaan. Maka itu semua juga sama sifatnya seperti materi sebagaimana telah ditulis diatas. Bagaimana perbuatan kita harus memenuhi keadilan dan keseimbangan, maka jika itu terjadi secara keseluruhan atau secara global yang diikuti oleh pemahaman kita semuanya dinamakanlah Tuhan Maha Adil. Itu memang demikian, kita musti percaya bahwa Allah swt Maha Adil, tetapi kita saja yang belum sampai kepada memahami secara global tentang hakikat keseimbangan dan keadilan.

Suatu hal yang ada pada tabi'at manusia yaitu sifat baik dan buruk. Baik itu cuma satu, dan berada pada keseimbangan dan yang selain itu adalah buruk, dimana terjadi kekurangan atau kelebihan. Semua berubah-ubah menurut waktunya dan kita musti berjalan secara seimbang menghadapi berbagai terpaan cobaan dan ujian. Akibat dari ketidakseimbangan yang terjadi baik didalam diri manusia atau yang berdampak dari pengaruh luar itu maka disebutlah pada manusia itu ada penyakit. Satu bagian gangguan kesehatan manusia itu pada pikiran atau hatinya. Karena kebanyakan penyakit itu disebabkan oleh pikiran atau hatinya. 

Seiriang waktu manusia terus di uji, diberi cobaan sampai energinya sedikit demi sedikit atau secara cepat akan hilang, maka tibalah saatnya manusia mati. Namun segala akibat dari niat, perkataan, dan pekerjaannya itu masih tertinggal pada semua yang ketika hidupnya ia berinteraksi. Oleh sebab itulah ketika manusia mati, maka belum selesailah dia dari pertanggungjawaban kepada Allah swt Tuhan semesta alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar