Dalam hal ini penulis hanya menulis sebuah pokok-pokok dari kesimpulan yang penulis anggap benar adanya. Bahwasanya thariqat itu adalah cara untuk mengatasi kedustaan, kebohongan atau kesalahpemahaman terhadap sesuatu. Ini ada metode pembersihan diri dalam ilmu tasawwuf sehingga orang yang benar-benar mensucikan diri itu terhindar dari kemunafikan, kedustaan dan kebohongan. Sesuatu yang dusta itu bisa disebabkan oleh kesengajaan atau ketidaksengajaan. Kebohongan itu diakibatkan oleh penurutan kepada hawa nafsu sehingga dimasing-masing pihak terjadinya kesalahpahaman atau salah pengertian. Tetapi jika seseorang telah membersihkan diri dari segala hal yang tercela maka sepatutnyalah ia terhindar dari kebohongan. Manusia bisa salah atau silap tetapi Allah swt tiada pernah silap atau salah, dan dengan mensucikan diri itu akan terpancar nur ilahi. Manusia itu ada dalam pengaturan Allah swt, maka orang-orang yang bersih dan mensucikan diri itu akan berada pada jalan yang lurus dan senantiasa benar dalam berbuat. Apabila seseorang berilmu tiada mempunyai nasab dan thariqat maka dia akan menerawang kemana-mana tiada menentu arahnya. Diibaratkan orang yang tiada memiliki thariqat itu seperti hewan liar, tetapi orang yang memiliki thariqat tumbuhan yang tumbuh dipinggir sungai.
Lalu bagaimana thariqat itu mampu mengatuasi dusta? maka itulah orang yang mempererat silaturrahmi sesamanya dengan perasaan yang bahagia. Tetapi keadaan manusia itu dalam berfikit selalu terfokus pada satu, dan tidak mempu menjaga banyak hal untuk mengingat, maka thariqat itu dapat menjaga perasaan sesamanya dan selalu tenteram. Hubungan sesamanya itu senantiasa terjalin walaupun ia berjauhan dan senantiasa mendapat kesepakatan atau taufiq dari Allah yang maha rahmaan dan rahiim. Jalan itu akan menghubungkan alam bawah sadar manusia karena alam bawah sadar itu adalah kejadian yang benar dan tiada dapat didustai orang seseorang. Ala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar