Sabtu, 27 Oktober 2012

Memperkuat Sistem Kemasyarakatan


Sosial kemasyarakatan suatu daerah diikat oleh saling ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan antara satu individu dengan individu lain, atau suatu keluarga, kelompok atau golongan yang satu sama lain saling membutuhkan untuk menutupi semua kekurangan. Karena sudah lumrah sebagai manusia semua menginginkan sebuah kesempurnaan hidup dan takut hidupnya akan tidak nyaman. 

Syeikh Abdurrauf al Singkily atau disebut Syeikh Kuala pernah menggambarkan suatu sistem ilmu pengetahuan dalam sebuah pengajaran yaitu bagaimana sebenarnya hubungan dan tingkat-tingkat untuk mencapai kesempurnaan ilmu. Beliau menggambarkannya ialah sebuah lapisan terluar itu ada syari'at dan didalamnya ada lapisan yang disebut thariqat, selanjutnya adalah ma'rifat dan yang berada dibagian dalamnya itu ada hakikat. Itu diibaratkan seperti biji kelapa yaitu kulit luar yaitu sabutnya adalah syari'at dan tempurung kelapa itu ada thariqat dan selanjutnya isi atau daging kelapa itu ada ma'rifat dan terakhir air kelapa itu ada hakikat.

Penulis dalam hal ini tidak mengkaitkan dengan ilmu tasawwuf tetapi kita hubungkan dengan kekuatan kemasyarakatan dan silaturrahim sesama manusia dalam sosio-kultur yang dinamis. Sebab jika kita mengkaitkan dengan ilmu tasawwuf berarti harus mengikuti kepada dalil dan pengertian-pengertian dari ulama namun sekarang penulis menemukan ide gagasan sebagai kelurmahan didalam masyarakat sehingga terjadi keseimbangan dalam keharmonisan.

Kita buatlah pengertian terhadap masing-masing kata itu yaitu apa pengertian syari'at. Syari'at itu ada hukum yang berlaku dan segala macam aturan-aturan yang harus dipatuhi. Didalam syari'at ada perintah dan larangan yang semuanya mempunyai bobot dalam segala tindakan manusia secara individu ataupun kelompok. Thariqat ada jalan untuk menghubungkan antara satu orang dengan orang lain baik itu dalam komunikasi, serah terima benda atau barang dan sebagainya. Ma'rifat adalah mengenal dengan sangat baik dengan sesuatu atau disebut juga menguasainya dengan penuh bagi dirinya sendiri. Dan pengertian hakikat itu segala hal kejadian yang berlaku itu merupakan sebuah keseimbangan dan keadilan yang sebenarnya dan tiada hal yang boleh dibantah dan semua itu nyata dalam penerimaan.

Jika diambil tamsil ibarat dari biji kelapa tadi bahwasanya syari'at itu adalah sabut kelapa dan merupakan pelindung bagian dalamnya karena thariqat, ma'rifat dan hakikat itu dibungkus oleh syari'at. Maka tidak mungkin tanpa adanya syari'at orang akan mendapatkan thariqat. Sabut kelapa itu disusun oleh jaring yang kuat dan elastis yang merupakan sebuah dinamika dalam mematuhi dan melaksanakan syari'at itu. Jadi syari'at itu lebih luas dan lebih panjang lebar sehingga itu menjadi sesuatu yang penting dan meliputi keindahan, kekuatan dalam bentuk dan fungsinya.

Thariqat itu diibaratkan seperti tempurung kelapa yang kuat, keras dan kokoh. Hal itulah yang sangat penting bagi seseorang untuk memperkuat thariqat, karena jika seseorang telah mendapatkannya dan memfungsikan thariqat sesuai dengan tuntunan syari'at maka thariqat itu akan menjadikannya sebuah kekuatan. Maka tiada artinya biji kelapa itu tanpa tempurungnya.

Ma'rifat itu diibaratkan dengan daging kelapa yang enak dan banyak gizinya. Maka apabila seseorang telah mengenal dan berkasih sayang sesamanya, maka menjadikan semuanya menjadi indah dan suatu kenikmatan dalam kehidupannya. Ada suatu pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang.

Hakikat itu adalah air kelapa dan air kelapa selalu seimbang maka apabila ada rongga udara selalu berada diatasnya, dan senantiasa bersih dan memberi kesegaran kepada ma'rifat setiap saatnya.

Tentang keempat lapisan ini yaitu syari'at, thariqat, ma'rifat dan hakikat itu akan sangat luas untuk kita perbincangkan, namun penulis hanya menceritakan secara singkat saja supaya mudah kita memahaminya.

Dalam hubungannya dengan kemasyarakatan, maka keempat hal inilah yang menjadi dasar dan bagaimana tujuan membentuk masyarakat yang harmonis itu dapat dilakukan. Apabila masing-masing manusia atau individu atau berkelompok memahami dengan hal ini maka baiklah perilaku kemasyarakatan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar