Kehidupan manusia di dunia memiliki seni dan adat istiadat dan itu sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia itu sendiri. Manusia makhluk berpikir dan berimaginasi dan diliputi oleh berbagai kekhawatiran, rencana dan harapan. Begitupun jika kita berbicara dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dunia dan islam.
Dalam perkembangannya masyarakat Muslim mengalami masa kemasyuran dan masa krisis tetapi ilmu pengetahuan dan sejarah itu terus diwariskan kepada generasi selanjutnya dari dulu hingga kini. Ada hal yang masih dipergunakan dan ada yang sudah ditinggalkan, dan juga ada hal-hal baru yang baik untuk diterapkan dan itu sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia pada masanya.
Ada suatu bangsa mengalami perkembangan yang luar biasa disebabkan oleh pembaharuan adat istiadat dan itu adalah hasil pendidikan ke arah yang baik. Mereka mengadopsi ilmu dan pengalaman dari bangsa-bangsa lain untuk memajukan negerinya, dan merubah kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya menjadi lebih baik. Dari berbagai hal dari segi motivasi, teknologi dan kesenian serta termasuk didalamnya kesenian dalam pola berpikir. Kemungkinan besar adalah pola berpikir yang diajarkan oleh ilmuan filosof Muslim itulah yang telah merubah dunia ini menjadi lebih baik, karena itu semua bersumber dari ajaran Baginda Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Semisal ada suatu kaum atau bangsa yang tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai pemimpin tetapi mereka telah menerapkan banyak hal dari suri tauladan Nabi, dan ternyata mereka sukses menjalankan kehidupan dunia sedangkan suatu kaum lagi yang mengambil pemimpin Nabi Muhammad saw tetapi belum bisa menganalisis kebenaran nabi, maka oleh sebabnya mereka tertinggal dan terbelakang.
Maka kita semua harus bijak dalam menganalisa semisal ada sebuah hadits nabi : (Mantasyabbaha biqoumin fahuwa minhum)
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk (golongan) mereka” (HR. Abu Dawud)
Oleh sebabnya yang bermanfaat dan baik itu boleh diambil asalkan tidak bertentangan dengan hukum syara', dan bermufakat kepada kaidah-kaidah yang berlaku didalam masyarakat.
Yang membahayakan kaum Muslimin itu adalah cara atau pola berpikirnya yaitu pemahaman tentang sesuatu atau aqidah tetapi bukan melihat kaumnya dan yang dikhawatirkan oleh Nabi:
Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda :
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَ ذِرَاعًا بِذِرَاعٍ , حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ قُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ, اَلْيَهُوْدَ وَ النَّصَارَى ؟ قَالَ فَمَنْ ؟
“Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampaipun seandainya mereka masuk ke lubang dhabb, niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya”, kami bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah mereka yang dimaksudkan itu Yahudi dan Nashrani ?” beliau menjawab : “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Al Bukhari)
Setiap manusia memiliki dimensi-dimensi yang baik yang ada dalam kepribadiannya, dan sepantasnya sesuatu hukum yang mengancam jiwanya itu merupakan pertimbangan yang sangat berat.
Wallahu a'lam bishshawaab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar